Tuesday, April 14, 2015

Asal muasal istilah Protokol VS Pemahaman Protokol Secara Umum

Saat sekarang sudah terlanjur salah kaprah dalam masyarakat jika Panatacara atau panata adicara, pranatacara, pranata adicara, pambiwara atau pembawa acara disebut dengan Protokol.

Protokol sebenarnya berasal dari kata Yunani, yaitu berasal dari kata Protos dan Kole. Protos berarti yang pertama dan kole bermakna melekat. Kalau dilihat dari sejarah , jaman dahulu jika ada negara saling mengadakan hubungan diplomatik, dimulai dengan mengadakan acara yang dsebut protokoler.

Protokoler sendiri berarti sebuah acara resmi, dan pelaku yang melaksanakan acara tersebut dinamakan Master of Ceremony (MC. Dalam bahasa jawa MC disebut dengan istilah Panatacara. Panatacara sendiri merupakan bagian dari protokoler.

kalau dalam acara resepsi atau hajatan, protokol itu adalah panitianya. Jadi anggota panitia ada yang mendapat tugas sebagai panatacara. Panatacara sendiri mempunyai beberapa istilah lain, selain yang telah disebutkan tadi juga masih ada istilah lain yaitu, Pambiwara, Pambiyawara, Panata Titi Laksana dan Panata laksitaning Adicara. Semua itu memiliki makna yang sama yaitu Panatacara atau MC yang diucap (emsi).
Dalam pelaksanaan resepsi MC ini memegang peranan sangat penting untuk memandu jalanya acara. Jadi setelah masuk dalam acara inti, atau pada hari H maka pelaksanaan acara, meriah dan tidanya itu tergantung dari bembawa acaranya.

Pembawa acara dalam sebuah resepsi besar yang mengadakan hiburan masih dibagi menjadi dua. MC atau panatacara bawaan perias dan MC hiburan yang melekat pada crew music tersebut. Namun kendali sepenuhnya dipegang oleh Panatacara inti, yang juga disebut sebagai dalang manten.

kalau tidak dalam keadaan terpaksa, kelompok hiburan seharusnya membawa MC sendiri agaananya bisa lebih meriah. Karena sangat kontras jika acara hiburan pandu oleh panatacara inti karena seorang panatacara biasanya hanya menghantarkan lagu-lagunya ang akan disuguhkan untuk tamu.


kalau panatacara terlalu banyak guyonan maka akan menghilangkan karakter wibawanya dan berpengaruh pada sakralnya sebuah acara adat, apalagi kalau guyonanya sambil cengengesan layaknya seorang dagelan. maka dari itu dibutuhkan minimal satu panatacara dan satu pembawa acara hiburan, bisa juga ditambah dengan dagelan.

0 comments:

Post a Comment